Perilaku korupsi sudah menjalar di berbagai lini kehidupan. Butuh langkah konkret untuk menghancurkan paradigma koruptif di dalam diri dan masyarakat luas. Seorang guru, bernama Santi Widiastuti membuktikan, ada langkah kecil berdampak luas yang bisa dilakukan melawan praktik lancung itu. Dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Perubahan paradigma ini ia dapat ketika mengikuti Training of Trainer (ToT) dari Gerakan Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK). SPAK Indonesia adalah organisasi mandiri yang beroperasi sejak 1 Februari 2019. Tujuannya mengelola dan menjaga keberlanjutan gerakan Saya Perempuan Antikorupsi.
Dari ToT ini, Santi mendapatkan banyak masukkan tentang bibit-bibit koruptif kecil yang selama ini dianggap biasa dan perlu dihindari. Salah satu contohnya memberikan uang pelicin ketika mengurus administrasi yang selama ini gratis. Upaya ini dia sampaikan kepada keluarga dan dua buah hatinya.
“Hal kecil adalah tidak memberikan uang tip kepada petugas kebersihan atau satpam,” katanya.
Namun, ujian sebenarnya adalah menjelang bulan Ramadan. Santi yang sudah menjadi guru selama 28 tahun ini kerap menerima berbagai bingkisan dari orang tua murid. Hal ini bisa dikategorikan gratifikasi.
Memang, diakuinya, meski orang tua pemberi hadiah memberi dengan ikhlas, namun hal ini bisa masuk gratifikasi. Santi mengaku sempat dilema. Namun, dengan keteguhan hati, dengan sopan ia berhasil menolak pemberian itu. Tentunya dengan tidak menimbulkan sakit hati dari si pemberi.
“Saya lega karena telah berhasil mengedepankan nilai-nilai yang saya yakini,” katanya.
Tak sampai di situ. Di sekolah tempat ia mengajar ia juga memperkenalkan sebuah proyek bernama Penguatan Profil Pelajar Pancasila (PS 5). Proyek ini menekankan pada penguatan profil pelajar Pancasila. Meliputi ; beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, kebhinekaan global, kreatif dan bernalar kritis.
Dalam Training of Trainer (ToT) yang diikutinya, Santi diperkenalkan dengan sembilan nilai karakter yang seharusnya ditanamkan dalam diri anak-anak sejak dini. Melalui permainan SEMAI, Santi lebih mudah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam P5. Misalnya, kejujuran ditarik hubungannya dengan nilai beriman dan bertakwa, sedangkan berkebhinekaan global dihubungkan dengan tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.
Dengan demikian, profil Pelajar Pancasila dapat dijabarkan dengan baik melalui permainan SEMAI sesuai dengan sembilan nilai karakter. Sebagai agen SPAK, Santi berharap dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam mendidik anak-anak dan menanamkan nilai serta karakter baik dari sekolah. Dia percaya bahwa setiap kontribusi, sekecil apapun, akan membawa kebaikan di masa depan.
Pesan dari Santi untuk masyarakat adalah pentingnya membiasakan yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Dia mengajak semua orang untuk bersama-sama mengawali perubahan menuju kebaikan, dan meyakini bahwa dengan kesadaran dan tindakan nyata, Indonesia dapat menjadi negeri yang lebih baik dengan penduduk yang memiliki integritas tinggi.
Melalui kisah perjalanan Santi, kita belajar bahwa perubahan dimulai dari langkah-langkah kecil yang diambil dengan tekad yang kuat. Setiap tindakan kecil yang diambil dengan integritas adalah langkah menuju perubahan yang lebih besar, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi masyarakat dan bangsa ini. Santi Widiastuti adalah bukti hidup bahwa kebaikan selalu dapat ditemukan dalam setiap sudut kehidupan, asalkan kita memiliki keberanian untuk berubah.
Santi Widiastuti adalah bukti hidup bahwa kebaikan selalu dapat ditemukan dalam setiap sudut kehidupan, asalkan kita memiliki keberanian untuk berubah.
Artikel di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.
Sumber : artikel telah tayang di website SPAK Indonesia dengan judul “Perjalanan Integritas : Kisah Inspiratif Santi Widiastuti Sebagai Agen SPAK”.
http://www.spakindonesia.org/perjalanan-integritas-kisah-inspiratif-santi-widiastuti-sebagai-agen-spak/