page-banner
Kokohnya Integritas: Kisah Tak Tergoyahkan Hakim Agung Artidjo Alkostar 10 Juni 2024

Kokohnya Integritas: Kisah Tak Tergoyahkan Hakim Agung Artidjo Alkostar

 Artidjo Alkostar sosok yang memiliki kekokohan integritas. Dirinya tidak pernah tergoda dengan harta yang menyilaukan matanya. Banyak kisah yang menunjukan bahwa dia seorang yang tegas dalam tindakan korupsi, dirinya sangat menentang segala jenis suap

 

Sebuah upaya suap terhadap Artidjo diceritakan Arlan ketika dirinya kerap menemani pamannya itu di Mahkamah Agung.

 

Ketika itu, Arlan didatangi seseorang yang memberikannya cek kosong untuk diisi berapa pun yang dia mau. Tujuannya agar Hakim Agung Artidjo dapat memuluskan sebuah perkara. Arlan menolaknya mentah-mentah dan menceritakannya kepada pamannya. Artidjo akrhinya terpaksa “merumahkan” Arlan agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

 

"Beliau cuma bilang 'ya sudah kamu tidak perlu ikut aku dulu'. Saya pikir cuma 1-2 minggu, ternyata sampai 3 bulan saya tidak dibawa lagi ke MA, Saya merasa tertampar ketika itu," kata Arlan.

 

Bahkan, Di pintu ruang kerja Artidjo di MA tertempel tulisan “Tidak Menerima Tamu yang Ingin Membicarakan Perkara”. Arlan mengatakan pamannya selalu menjaga betul integritasnya. Jangan sekali-kali berani memberikan suap kepada Artidjo jika tidak ingin kena damprat. Konsistensi ini terus dijaganya hingga akhir hayat.

 

Dirinya sangat menjaga betul dan menghindari potensi-potensi pemberian suap dan gratifikasi. Pernah satu kali mereka sedang makan di sebuah restoran di Jakarta. Tiba-tiba, seseorang yang tidak dikenal ternyata sudah membayari seluruh makanan mereka.

 

"Setelah itu, beliau tidak mau lagi ke restoran tersebut. Padahal itu restoran favorit dan langganannya," ujar Arlan.

 

Tauvan punya kisah yang sama. Setiap kali meeting, Artidjo tidak pernah mau makan di tempat tersebut. Makanan atau souvenir yang diberikan kepadanya selalu ditolak atau diserahkan ke orang lain. Itulah sebabnya mereka sering makan sendiri di luar.

 

"Suatu kali, Bapak melihat ubi Cilembu dan bilang 'wah enak sekali ubinya'. Lalu seorang petugas keamanan inisiatif memberikan satu buah ubi ke Bapak, dia menolaknya, 'jangan pernah kasih saya, mubazir' kata beliau," ujar Tauvan.

 

Artidjo juga selalu menolak fasilitas yang diberikannya ketika jadi tamu undangan. Arlan menceritakan, ketika itu Artidjo diundang mengisi seminar pada kampus dan pesantren di Situbondo dan Madura. Dia menolak dibayar sepeser pun dan diberi akomodasi.

 

"Beliau tidak pernah mau dibayar ataupun dikasih fasilitas apapun, selalu pakai uang pribadi untuk akomodasi perjalanannya. Pernah sudah disiapkan patwal dari Bandara Juanda Surabaya, beliau menolak dan pilih naik taksi ke tempat tujuan," kata Arlan.

 

Sumber : https://aclc.kpk.go.id/aksi-informasi/Eksplorasi/20230112-kokohnya-integritas-artidjo-alkostar-di-mata-orang-orang-terdekatnya